Sai Batin

Sai Batin

Sai Batin

Sai Batin Kedau Rakyat

Sai Batin Kedau Harkat

Sai Batin Kedau Derajat

Sai Batin Kedau Adat

Sai Batin mejaung de hejaungan

Sai Batin nyeceng pamanuhan

Lampung Barat, Lampung, Indonesia
Tahun 1989, Pangeran Edward Syah Pernong dinobatkan sebagai Sai Batin Kepaksian Pernong, dengan gelar Sultan Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi yang Dipertuan Sekala Beghak XXIII

10/12/08

Memilih Menjadi Abdi Negara


Cita-cita menjadi tentara tak pernah pupus. Selepas lulus menjadi sarjana hukum pun Pangeran Edward masih berusaha untuk bisa masuk menjadi tentara, melalui jalur Milsuk (Militer Sukarela). Rupanya kesempatan terbuka di Kepolisian. Dan penguasaan ilmu hukum yang dipelajari di UGM telah pula membuka hatinya untuk menjadi polisi. Dengan perasaan mantap, ia mendaftar menjadi polisi dari jalur “milsuk” dan diterima. “Menjadi polisi bagian dari cara saya mengabdi pada republik ini. Republik yang di antaranya ikut didirikan oleh kakek-moyang kami,” kata Pangeran Edward mantap.

Pangeran Edward jadi polisi? Siapa sangka, pangeran yang semenjak SD sampai SMA bukan siswa yang tergolong rajin belajar, lebih banyak baca komik ketimbang buku pelajaran, malah tergolong siswa yang kerap tidak masuk sekolah, malah diterima di FH UGM dan setelah itu menjadi polisi.
Ketika mulai bertugas di kepolisian (1984), Pangeran Edward ingin selalu bisa memberikan pengabdian terbaik. Ketika mulai berdinas, Pangeran Edward ditempatkan di bidang pendidikan, sebagai tenaga pengajar PTIK, tahun 1984-1986. Mungkin karena bekal kesarjanaannya itu, dan bukan dari akademi polisi maka ia tidak ditugaskan di “jajaran tempur”. Penugasan itu dijalankan sebaik mungkin. Kerja keras dan loyalitas di dalam menjalankan tugas, membuat Pangeran Edward banyak dikenal para perwira polisi yang sedang menempuh pendidikan di PTIK. Perkenalan itu membawa pengaruh positif pada saat mereka bertemu dalam tugas-tugas berikutnya di berbagai tempat. “Paling tidak kita sudah saling mengenal kemudian bisa mendapat kepercayaan dan kita berpeluang untuk membuktikan karya, kerja, dan prestasi.”

Mula-mula, karena merasa sebagai “polisi non tempur” – mungkin disiapkan menjadi polisi kantoran, Pangeran Edward tidak memiliki cita-cita muluk-muluk dalam meniti karier di kepolisian. Namun, api semangat berprestasinya tambah menyala ketika ia mendapatkan kesulitan untuk memberikan advokasi kepada salah seorang kerabatnya yang sedang terkena perkara di wilayah Jakarta Pusat. Ketika itu Pangeran Edward bermaksud ingin mencari kejelasan duduk perkara sehingga permasalahan dapat diselesaikan secara proporsional. Mungkin karena polisi dari lembaga pendidikan, Pangeran Edward dipandang sebelah mata oleh oknum polisi tertentu. Sejak itu, Pangeran Eward bercita-cita, suatu saat bisa menjadi anggota satuan reserse, bahkan kalau mungkin, ingin menjadi Kasat Serse Polres Metro Jakarta Pusat.
Rupanya, Gubernur PTIK waktu itu, tahu bakat dan performa kerjanya. Pangeran Edward dikirim untuk mengikuti pendidikan kejuruan serse (Dikjur Serse Polri). Setelah lulus ia pun dipindah dari staf di PTIK ke Bagian Reserse Markas Besar Kepolisian RI, sebagai Panit Sat Dik Khusus Sub Dit Serse Umum Mabes Polri (1986-1992). Akhirnya segala doa-doa dikabulkan, segala cita-cita menjadi kenyataan. “Semuanya buah kerja keras dan loyalitas.”
Selama menjalani tugas baru yang dicita-citakan ini, Pangeran Edward juga sering tergabung dalam tugas-tugas khusus dan kegiatan temporer lainnya dalam satuan-satuan tugas tertentu. Dan antara 1985-1992 tugas-tugas kesersean digelutinya secara intensif, dalam menjalankan tugas, ia juga terus belajar, mengasah ketajaman di bidang serse.
Selama menjadi polisi, Pangeran Edward menyerap pesan Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, SH, seorang pakar kepolisian, bahwa polisi harus ada otot, harus ada otak, dan harus ada hati nurani. Pangeran Edward menyakini prinsip itu. Namun, baginya, masih harus ada satu tambahan lagi, polisi harus punya nyali. Itulah sebabnya, sejak muda Pangeran Edward terus mengasah nyali. “Tanpa nyali, otot-otak-hati nurani tidak ada gunanya. Sebaliknya, hanya dengan nyali tanpa otot, otak, dan hati nurani juga akan konyol. Nyali itu penting.”

1 komentar:

  1. Selamat kepada Kombes Pangeran Edwardsyah Pernong, dengan dilantiknya menjadi Kapolwiltabes Semarang.

    BalasHapus